Hidroponik dan Agrowisata Bisa Jadi Solusi Kemandirian Pesantren di Pedesaan



PESANTREN LAE TORAS -- Belajar di pesantren tidak melulu soal urusan akhirat. Santri juga dibekali ketrampilan berwirausaha agar mampu bersaing dalam kehidupan nyata.

Di Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah, Honggosoco, Jekulo, Kudus, santri juga belajar budidaya sayur dan buah organik. Bahkan, usaha milik pesantren tersebut telah berkembang menjadi agrowisata yang mendidik. Karena keunggulannya tersebut, tak jarang pesantren lain berkunjung ke pesantren yang diasuh KH Sofiyan Hadi Lc MA.

Seperti halnya, akhir Januari lalu, para ustadz dan santri Kabupaten Pasuruan dan Sidoarjo mengikuti Kegiatan Orientasi Kewirausahaan Pesantren di Al Mawaddah.

Dalam rilis tertulis yang diterima Tribun Jateng, kegiatan ini dilakukan untuk memberi bekal kepada para santri sekaligus membuka wawasan para ustadz agar lebih terbuka dan tidak gagap menghadapi perkembangan zaman.

"Bekal semacam ini penting untuk diberikan kepada para santri agar setelah menamatkan pendidikan pesantren, mereka tidak bingung dan minder menghadapi tantangan hidup yang sesungguhnya,"kata KH Sofiyan.

Setidaknya, ada 40 ustadz dan santri yang mengikuti kegiatan ini. Mereka berasal dari para santri dan ustadz Pesantren Nurus Shobah Bangle, Beji, Pasuruan dan Pesantren Al Mubarokah Porong, Sidoarjo, Pengurus Lakpesdam Kota Bangil Pasuruan, serta beberapa ustadz yang mengajar di beberapa pesantren di Pasuruan maupun Sidoarjo, Jatim.

Acara ini terselenggara atas kerjasama Lembaga Pemberdayaan Pesantren dan Masyarakat (LP2M) Pati, dengan Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah, Kudus.

Zainul Arifin, Ketua LP2M Pati memaparkan, semua harus peduli dengan mengembangkan ekonomi kreatif.

Dalam acara orientasi ini, para peserta dikenalkan dengan dunia kewirausahaan secara teoritis dan praktis. Hal itu diharapkan agar lingkungan pesantren bahkan juga masjid tidak sebatas berfungsi sebagai tempat ibadah saja, tetapi juga berfungsi sebagai pemberdayaan umat.

"Masjid begitu juga halnya pesantren, hendaknya bisa memiliki multifungsi. Selain sebagai tempat ibadah, tapi harus dihidupkan sebagai pusat pendidikan, kaderisasi keislaman, dan pemberdayaan umat," kata Ustadz Hafidz dari Pondok Pesantren Al Mubarokah, Porong.

Menurutnya, para ustadz, santri dan pegiat masjid saat ini harus mulai melek dengan bisnis. Dengan bisnis akan menjadi kaya dan mandiri. "Setelah itu dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup umat di sekitar lingkungan pesantren dan berperan memerangi kemiskinan di sekitarnya," tuturnya.

Ia menambahkan, sudah banyak pesantren di Kabupaten Pasuruan dan Sidoarjo yang memiliki jenis usaha tertentu, namun kebanyakan masih dalam kapasitas terbatas. (sumber)




No comments:

Post a Comment

Pages